3. BUNUH DIRI

    "Aku besok balik dulu Ca, libur kuliahku udah selesai" pesanku ke Caca. "Berangkat naik apa Tar ?" balas Caca."Motoran Ca" jawabku. "Oh iya, hati hati yaa" balasnya Banyak hal yang aku tanyakan ke diri sendiri perihal Caca. Apakah dia benar-benar sudah baik baik saja ? tapi aku selalu berfikir positif ke Caca, aku yakin dia kuat. 
    Besok pagi pukul 04.16 WIB aku berangkat ke Jogja, entah mengapa Caca tiba tiba mengirim pesan dan bertanya perihal keberangkatanku. Aku tidak berfikir begitu jauh, ya mungkin namanya teman habis sering main bareng setelah lama nggak ketemu mungkin wajar aja. Ini pertama kali perjalananku ditemani pesan dari Caca. Caca seketika memperhatikanku sudah sampai mana dan jangan lupa untuk beristirahat jika merasa lelah. Aku hanya mengiyakan saja, karena emang itu hal yang sering aku lakukan. Banyak pesan dari Caca menemaniku sejauh 270Km dari Lamongan ke Yogyakarta tiba tiba hatiku berdebar. Singkatnya mungkin mulai ada rasa ke Caca. Rasa yang dulu hanya bilang suka dan mengaguminya saat masih sekolah kini rasanya tumbuh kembali. Tapi aku tidak terburu buru, apa lagi aku masih dalam masa patah hati yang belum lama, dan aku juga masih belum semandiri dan sekuat Caca. Rasanya kurang cocok aja berdampingan dengan Caca yang independen dan aku juga masih ga ingin buka hati dulu. 270Km telah ku tempuh, kabar untuk keluarga udah tersampaikan begitu juga kabar untuk Caca. Aku langsung beristirahat total karena besok aku ada kuliah. 
    Persoalan patah hati ini menggangguku, persoalan pesan dari mantan yang mengucap hati hati saat keberangkatanku ke Lamongan motoran dan permintaan maafnya karena udah menyakiti sampai sejauh ini, dan persoalan orang lama yang mulai tumbuh dikala aku patah hati. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan sebelum aku benar benar serius dengan Caca. Aku mulai menghubungi Umi untuk meminta saran dan Umi memberi jawaban positif, begitu juga dengan temanku yang sekarang pegawai bank BRI memberi jawaban positif. Yang namanya hubungan itu yang ngerasain sama yang ngejalanin adalah diri sendiri, urusan omongan orang lain itu hanya saran. Aku masih takut untuk membuka hati, aku masih tidak ingin merasakan sakitnya cemburu jika diungkapin malah dimarahin dan memperburuk keadaan, aku masih tidak ingin bertanya jika kepo adalah jawaban atas pertanyaanku, aku juga masih tidak ingin mengingatkan jika peringatan dariku masih disampingkan dan jika itu terjadi aku yang disalahkan sebab kurang memaksa. Rumitnya perasaan cinta ini mengangguku dan pekerjaanku sebagai editor magang. Oh iya, aku juga tidak ingin merasakan kecewa telah meluangkan waktuku untuk bertemu jika pertemuan itu didominasi dengan pesan orang lain diponsel dan perasaan yang kecewa.
    Banyak hal kerumitan cinta dan memahami perempuan yang membuatku diam ditempat memahami apa arti egois dari hubungan cinta dan arti memahaminya. Sempat aku membenci semua kehidupan ini hingga aku pernah berfikir mengakhiri hidup ini. "Euy, lu tau ngga cara bunuh diri di kampus ini biar ga ketahuan ?" tanya ku ke Acenk. "Gimana tuh ?" balasnya. "Ni lift di besmen 6 bisa dibuka secara paksa pas liftnya ada di atas, terus lu masuk aja, ntar digeprek sama lift" Jawabku sambil mempraktekannya dan Acenk gugup menariku karena tahu bahwa pintu lift basement 6 bisa dibuka secara paksa. "Lu kenapa Tar?" tanya Acenk. Acenk adalah temanku yang akrab di semester 4 kalau ga salah, aku sering menginap di kontrakannya. Dia alumni pondok di Subang, jadi bisa dibilang dia lebih paham agama daripada aku. Aku ditariknya dan diajak berbicara di kantin kampus. "Lu bunuh diri gara gara cinta tuh goblok euy? awewe mah bisa dicari! lu kalo bunuh diri gara gara cinta gua ketawa" ucapnya sambil memarahiku. Aku sadar hidup ga selalu soal pacar, kadang punya temen kaya Acenk tuh juga banyak bersyukurnya. Yah, aku gagal bunuh diri. Kala itu aku terlintas tentang percobaan Caca yang ingin terjun ke laut.
    Malam hari setelah semuanya tenang aku hendak memesan suatu barang untuk ulang tahun mantanku, dengan tujuan aku ingin memberinya kado perpisahan dariku dan ini sebagai komitmen aku telah melupakannya dan juga proses aku melupakannya. Alhasil dia sempat menolak tapi aku paksa. Dia menerima dan merasa tidak pantas menerima kado itu, dan nyeseknya adalah dihari itu juga dia balikan dengan mantannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FILOSOFI KESET

JADI MABA

Suka Duka Jadi Anggota Pengurus OSIS