2. ITU ADALAH PELUKAN PERTAMA KITA
Siang itu aku beristirahat di kamar. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Caca, dia ingin menelfonku secara tiba tiba. "Halo, Ca ada apa ?" tanyaku. Hanya suara angin kencang dan tangisan Caca yang terdengar dari telfon itu. "Tar, aku bingung dengan diriku sendiri" ucapnya. Aku terdiam lama dan Caca mulai berbicara sangat panjang sambil menangis dan disertai suara angin dan ombak yang sangat kencang. Yang aku tangkap adalah Caca sedang diambang menyerah dengan keadaannya dan aku langsung bergegas menemuinya. "Tunggu aku oke ?" Tutupku dan Caca tidak menjawab. Lagi lagi hanya terdengar tangisnya disertai suara angin dan ombak yang kencang.
Aku hanya menebak di mana tempat Caca, dan firasatku benar. Caca ada di ujung Pantai Boom Tuban sambil menatap arah laut dan membawa helmnya. Aku memberanikan diri mendekatinya. "Ca" panggilku. Caca langsung menoleh ke arahku dan dia bersandar ditubuhku, aku diam dan langsung memeluknya. Aku kembali bertanya "Ca, kenapa ?" dia hanya terdiam dan menangis. Aku mengusap air matanya dan kembali memeluknya. Saat sudah tenang aku mengajak Caca menepi, dan berbincang. Caca adalah sosok yang kuat bagiku, dia tidak akan berbagi kesedihannya ke orang lain jika dia bisa menyelesaikannya, tapi aku rasa kali ini berbeda. Caca mulai bercerita tentang kehidupannya yang semakin tenggelam, dan dia ingin mengakhiri semuanya. Aku hanya bisa diam dan menenangkannya dalam peluku. Fiersa Besari benar dalam lirik lagu "Peluku untuk Pelikmu" memang benar, kadang kala tak mengapa untuk tidak baik baik saja dan segala sesuatu yang pelik, bisa diringankan dengan peluk. Mungkin lagu itu sangat pas untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi denganku dan Caca. Aku berhasil mengajak Caca pulang.
Sebelum pulang, aku dan Caca membeli minuman yang sama dengan kemarin. Es Teh Indonesia varian Matcha untuk Caca dan Taro untuku. Kami meminumnya di Taman Sleko sembari bercerita ketika Caca sudah mulai tenang. Banyak hal yang kami bicarakan, hingga muncul ucapanku ke Caca. "Ca kalo aku lulus S1 nanti aku mau foto bareng kamu di kampus" Caca hanya tersenyum dan membalasnya "Itu masih lama Tar, ntar kalo udah ada yang lain gimana ? lagian kita juga beda provinsi, jangan terlalu berharap". "Yah, namanya juga pingin Ca" balasku. Caca hanya tersenyum tipis dan sedikit malu. Obrolan kami begitu panjang, mulai dari Caca yang bersedih hingga Caca bisa tersenyum kembali. Caca mengajak pulang karena hari itu adalah hari terakhir dia bekerja ditempatnya, dan dia balik ke tempat kerjanya untuk menerima haknya dan ada evaluasi tim katanya. Aku mengantarnya dan sedikit was was kalau Caca tidak pulang ke rumah. Dan Caca akhirnya pulang ke rumahnya. Aku merasa lega, apa yang terjadi dengan Caca sore itu sangat membuatku terpukul. Apapun yang terjadi, jangan biarkan teman kita tersiksa dengan pikirannya. Pancinglah hingga dia mulai berbicara pelan pelan, karena disetiap senyum yang indah belum tentu dibaliknya juga indah. Mungkin itu hanya penutup kelamnya.
Komentar
Posting Komentar