1. PULANG DAN BERLIBUR

    Libur kampus swasta menurutku banyak dukanya, sebab semua temanku di kampung halaman rata-rata berkerja dan kuliah di PTN. Jadi kalau pulang aku sering kesepian dan kegiatan liburanku ya cuma bangun tidur, nulis, nonton YouTube, main ke pantai deket rumah, dan ulangi. Apalagi baru-baru ini aku baru patah hati, aku putus dengan pacarku namanya Sasa. Kali ini beneran patah hati, baru aja pingin seriusin satu cewek malah berujung putus. Karena patah hati banget aku memutuskan pulang kampung naik motor dan menempuh jarak 270Km dengan kondisi patah hati disertai playlist A7X, BMTH, Slipknot, dan berujung dengan seniman Jawa Denny Caknan, Guyon Waton, Omwawes dan NDX ketika masuk ke Jawa Timur. Entah mengapa sepanjang jalan Ngawi hingga rumahku Lamongan lagu ambyar Jawa vibesnya bukan galau lagi tapi mengikhlaskan dan tragis banget kalo dirasakan. Aku bernyanyi dan berteriak sepanjang jalan Ngawi hingga Bojonegoro, dan tak jarang aku menangis diperjalanan dan misuh misuh ga jelas hahaha. Lega rasanya.
    Sampai di rumah, aku disambut bahagia oleh ibu dan adiku karena mereka khawatir tentangku yang menempuh Yogyakarta-Lamongan naik motor beat. Terlepas hal itu aku langsung mandi, makan, dan istirahat. Sembari istirahat aku mengabari Caca kalau aku udah sampai di rumah dan lagi istirahat. Kami memang tidak akrab sejak dulu sekolah, singkatnya kami hanya bertegur sapa, tanya tugas, kadang aku godain dia dan terkadang juga ngefoto atau ngevidoin dia kala sedang terlihat sempurna juga terlihat lucu bagiku. Tidak banyak topik kami waktu bertukar pesan, hanya berkabar sudah sampai, bingung besok mau ngapain aja hingga janjian mau pakai jaket krem kami yang kebetulan sama. Aku menahannya untuk bercerita panjang di pesan kami, karena aku takut besok tidak ada topik untuk berbincang. Aku sempat bertanya "Ca, jujur aku lupa rumahmu hehe, boleh minta tolong share lokasinya ?'. "Lah kok bisa lupa ?" balasnya, "Udah 2 tahun Ca aku nggak lewat jalan situ, takutnya ada yang berubah" jawabku begitu. "Yaudah aku share ya, besok kabarin kalau mau berangkat" pesan Caca. "Oke Ca" ku jawab.
    Besoknya aku langsung berkabar dengan Caca untuk menjemputnya. Ga banyak berubah dari Caca, senyumnya yang masih sama seperti dulu pas SMA, mungkin sedikit berisi sekarang. Obrolan kami ga banyak di motor sebab kami masih canggung kala itu. Tujuan kami belum jelas kala itu, tapi yang pasti kalau lelah dengan hidup ya pantai. Kami pergi ke pantai kelapa, karena wisata yang dekat rata rata pantai jadi ya sudah, ku rasa pantai kelapa tempat yang pas. Sampai pantai aku bertemu dengan temanku SMP yang kerja di sana, Dina namanya. "Eh Tara ?" sapanya. "Eh halo" jawabku bingung karena banyak perubahan padanya. "Piye kabarmu Tar ?" tanya Dina. "Alhamdulillah" jawabku dengan canggung karena aku lupa namanya. "Mesti pangling aku yo? aku Dina kelas F cah Voli" sahut Dina. "Oh, Dina kelas F. Anjir tambah subur awakmu yo" candaku. Dina juga tertawa melihatku tambah subur juga dan sekarang aku bersama Caca. Dina mengira Caca adalah pacarku, tapi Dina dulu mengenalku kalau aku orangnya susah ngobrol dengan lawan jenis karena banyak canggungnya. "Ki tikete ya, sama mbak imutnya 1. mugo jadi yo Tar" ucap Dina dan memberi tiket masuk kepadaku. Aku dan Caca tersenyum, tapi aku sedikit ga enak dengan Caca, karena dia terlihat malu saat Dina bilang "mbak imut, dan semoga jadi" ku akui Caca memang imut, cantik, dan punya senyuman yang manis. Aku juga mengaminkan semoganya.
    Aku dan Caca ga nyangka kalau tempatnya bakal ramai. Kami berjalan mencari tempat sambil berbincang layaknya teman lama yang baru bertemu, mulai dari tanya kabar, kerjaan, kuliah, dan kesibukan. Caca masih orang yang sama seperti dulu, senyumnya dan caranya menyembunyikan luka masih terlihat sama seperti dulu saat kami masih SMA. Aku merasa senyum Caca berbeda sedikit dari yang dulu, dia tersenyum seperti bahagia walau sedikit. Kami saling bertanya tentang kesibukan, aku udah tau kalau Caca sudah resign dari kerjaanya di pabrik kota sebelah, dan aku baru tahu Caca kerja di Tuban. Nggak banyak yang aku ceritakan ke Caca, aku hanya menjadi pendengarnya karena aku ingin mendengarnya bercerita tentang kehidupannya. Ya bisa dibilang aku ingin mengenalnya sedikit lebih banyak. Lama bercerita aku mengajaknya berfoto karena ga dapat sunset jadinya kami foto biasa aja hehe. Aku merasa canggung karena aku ga berani mengajaknya foto berdua, terakhir kali kami foto berdua semasa ujian kelulusan SMA dan itu dibantu teman baiknya Caca, Ririn. Itu foto pertama dan terakhir aku dan Caca semasa SMA.
    Karena sore udah mau habis, aku dan Caca pulang. Sebelum pulang kami berdua membeli minuman dan aku baru tahu kalau kota Tuban udah berkembang jauh semenjak Mas Aditya jadi bupati. Banyak tempat tempat keren buat nongkrong, dan banyak kedai minuman kekinian yang dulu pas SMA aku mikir banget mau beli karena mahal sekarang kalo mau ya tinggal beli aja. Mampirlah kami ke kedai Es Teh Indonesia. Aku memesan 1 minuman rasa taro dan Caca rasa matcha seperti biasa. Rencana kami selepas membeli minuman kami pulang, arahku mengantarnya pulang harusnya dekat tapi Caca ingin lewat jalan memutar jadi ya sudah, aku mengikutinya dan tiba tiba hujan datang. Kami berteduh dan kebetulan ada pameran seni lukis, aku dan Caca memutuskan berteduh sambil mengapresiasi karya lukis yang ada. Kami melihat banyak sekali lukisan abstrak dan banyak juga yang sangat filosofis. Aku mengingat satu lukisan yang menurutku itu bagus lukisan itu menyampaikan pesan seberapa hancur masa lalu kita, kita harus melangkah kedepan mencapai kehidupan yang baru dan tidak meninggalkan masa lalu, tapi menjadikan itu sebuah pengingat dan pengalaman untuk melanjutkan hidup. Setidaknya itu yang aku sampaikan ke Caca. Caca tersenyum. Senyumnya memberiku sejuta pertanyaan kepadanya, salah satunya apakah Caca tersinggung dengan perkataanku ?.
    Hujan masih deras. "Ca kamu pulang malam gapapa ?" tanyaku ke Caca. "Gapapa, ini juga lagi hujan, aku izin dulu bisa" jawabnya. Sambil menunggu hujan reda kami meminum minuman yang kami beli tadi sambil berbincang tentang lukisan tadi. Yang aku ambil dari cerita Caca tentang lukisan yang dia pilih sangat dalam, aku ga berani menanggapi, dan aku ga berani menulisnya disini. Hujanpun mulai reda tapi Caca lebih memilih pulang telat, aku pun menyutujuinya dan kami mengobrol panjang tentang keseibukan kami di taman Sleko depan SMAN 1 Tuban. Aku memulainya dengan bercerita tentang kuliahku, dan bercerita tentang asmaraku yang baru aja putus. Kemudian Caca bercerita tentang kesibukannya dia bekerja hingga hubungan asmaranya yang baru aja selesai kemarin. Aku lumayan terkejut kalo Caca baru aja putus dengan pacarnya, aku juga ga tau kalau dia punya pacar. Nyesek dikit sih sebab aku juga suka Caca, dan aku sebel juga ada orang yang kecewain Caca ingin ku pukul dia. Aku juga pernah bilang pada Ririn, kalo aku benci sama orang yang udah buat kecewa Caca. Caca juga bercerita kalau kerjaannya sangat keras hingga dia ingin resign, disitu dia mulai bersedih dan aku mulai bertanya kenapa dunia begitu kejam ke Caca, padahal Caca hanya ingin mengisi kekosongan hari harinya. dan aku mulai merangkulnya dan menenangkannya. Disitulah dimana baru pertamakali Caca memegang tangku begitu ereat dan menangis dipundaku lalu aku mengantarnya pulang.
    Dunia kerja memang sekeras itu, dia tidak memandang siapa dan latar belakang orang. Caca adalah orang yang kuat bagiku. Saat aku bersedih dan ingin menyerah aku selalu mengingat Caca. "Hei, lihatlah Caca. Dia sendiri dan dia masih hidup dan melawan kerasnya dunia, dia juga sudah mulai hidup mandiri masa kamu mau nyerah ?" begitu kataku untuk diri sendiri. Aku sangat hormat ke Caca dan menjadikannya sebagai penyemangatku hingga kini. Itu adalah alasan kenapa aku ga berani menjalin hubungan dengan Caca, dia terlalu kuat sedangkan aku masih sangat jauh dibawahnya. Aku hanya takut jadi bebannya dan aku takut kecewain dia dan buat dunianya hancur lagi. Aku pulang lalu mengirim pesan ke Caca. "Makasih ya Ca, udah temenin aku main. Semangat ya Ca, aku yakin kamu pasti bisa ngelewatin ini". "Iya, Tar. Makasih juga ya udah mau jadi tempat cerita aku, maaf tadi aku kebawa suasana sampai nangis" Balas Caca. "Gapapa Ca, meluapkan emosi juga bisa ngebantu kamu ngeringanin emosi. Kalo kamu mau main dan butuh tempat cerita mumpung aku masih di sini, bilang aja Ca. Ntar aku jemput kamu"  Ucapku. Caca membalas pesanku itu dengan jawaban positif, hingga kami mengucapkan selamat tidur dan mimpi indah. Dan dari situlah aku ngerasa bahwa Caca sangat hebat menghadapi kerasnya dunia. Senyuman Caca memiliki jutaan makna, dan aku berharap itu akan menjadi senyuman yang akan selalu aku lihat dan memiliki makna bahwa Caca sedang baik baik saja. Selamat malam Caca, mimpi indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FILOSOFI KESET

JADI MABA

Suka Duka Jadi Anggota Pengurus OSIS