Tuhan itu baik, kita aja yang sombong.
Tadi pagi sekitar pulul 05.22 WIB aku mendapatkan email dari universitas mengenai hasil seleksi beasiswa tahap 2 atau seleksi Tes Potensi Akademik, dan ini hasilnya.
Ya, itu adalah orientasi suasana yang
saat ini sedang terjadi. Aku tak ambil pusing dan langsung bilang ke Ibu ku bahwa
aku tidak lolos seleksi, dan tanggapan Ibu ku sederhana “Belum rezekinya, mungkin
rezekinya di Jogja” yup itu tanggapan Ibu. Jujur aja dibilang galau iya aku
galau lalu keluar rumah olahraga sekaligus refreshing dari suasana saat itu.
Seperti biasa aku selalu bermain
basket untuk melupakan hal yang kurang bahagia dihidupku, kadang juga aku motret
tapi kayanya kurang cocok karena moodku lagi jelek (kan
bisa diedit bang) ngedit juga perlu mikir woi. Oke lanjut,
waktu aku main basket aku juga evaluasi diri tentang proses yang aku jalani sebelum
melaksanakan tes tahap 2 itu.
Sebelum tes aku lagi sibuk sibuk
banget acara organisasi dan bisa dibilang dalam organisasi ku itu pemimpinnya
lagi kendor semangat, sebagai wakil ketua ya aku harus gantiin dia tapi
menurutku itu udah berlebihan sampai pembina organisasiku bilang aku mengidupi
organisasi sendirian. Et jangan salah, aku ga menyalahkan organisasiku, ataupun
pemimpin organisasiku. Aku juga menyalahkan diriku sendiri kenapa ga ngehubungin
dan bersikap tegas ke pemimpinku yang lagi teledor, dan juga aku menyalahkan
kenapa ga bisa menyempatkan dan menunda belajar untuk persiapan tes seleksi. Usai
aku menyadari semua hal itu seketika aku bermain sangat fokus dan tenang.
Kebetulan sekali hari itu hari Jum’at
sebagai seorang muslim ya harus menunaikan sholat Jum’at. Entah kebetulan atau
tidak waktu khutbah Jum’at khatib/imam jumat menyampaikan tema tentang bersyukur
dan rezeki, aku mendengarkannya seperti biasa dan menarik beberapa kesimpulan
tentang hal khutbah itu. Pada pembukaan khutbah pertama berisi tentang bersyukur.
FYI aja setelah main basket aku sempet buka YouTube dan ada satu video dengan
judul “Kehidupan Setelah SMA” aku menyimak dengan serius dan menarik kesimpulan bahwa
hidup itu harus tetap bersyukur dan berusaha.
Memasuki pertengahan khutbah, khatib menyampaian bahwa ketika kita dekat denganNya mau minta apapun kita akan dikasih meski kita berjalan. Berbeda dengan mereka yang berlari namun jauh dariNya dan tidak mendapatkan apa apa.
Usai sholat Jum’at aku pulang dan muhasabah/evaluasi diri tentang apa saja yang membuat aku gagal untuk lolos seleksi beasiswa tersebut. Dari segi hubungan dunia nyata aku terlalu menyepelekan materi yang akan diujikan, aku cenderung kurang tegas dalam memimpin organisasi yang mungkin itu membuatku terbuka kenapa Tuhan belum mengijinkan aku untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi dan yang terakhir aku selalu melindungi mereka yang mungkin beberapa menyepelekan amanat pembina dengan mengucap dalam hati "gapapa udah ada dia yang urus, aku urus duniaku dulu." Hal itu yang membuatku jatuh. Kemudian dari segi spiritual, hubunganku denganNya semakin renggang dan tak sedekat dulu ketika seleksi tahap 1.
Bagi kami yang beragama, kami
percaya dengan sepenuh hati bahwa rezeki dan segalanya itu sudah diatur oleh
Yang Maha Kuasa, kami tinggal meminta dan juga berusaha untuk mewujudkannya. Namun
apa kenyataannya ? terkadang kita lupa akan kekuasaanNya karena kesombongan
kita. Dunia dan seisinya adalah milikNya, dan Tuhan pasti sayang kepada umatnya.
Aku bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk masuk kampus dengan
jalur SNMPTN yang akan dibuka pendaftarannya tanggal 15 Februari 2021.
Mungkin hari ini Tuhan lagi dan lagi menunjukan kekuasaanNya atas alam semesta yang mungkin tidak kita ketahui. Teruntuk kamu yang membaca ini, setinggi apapun keinginanmu kejarlah dan jangan lupakan hubunganmu dengan Tuhan. Sesungguhnya apapun yang kamu kejar itu adalah milikNya. Aku bukanlah orang yang baik karena sering berbagi hal positif, terkadang aku membagikan hal itu juga untuk memperingatkan diriku.
Teruntuk kamu teman organisasiku, aku ucapkan terima kasih kepada teman teman yang telah membantuku, hingga kini aku sadar aku belum pantas menjadi pemimpin karena belum bisa memimpin diri sendiri untuk mencapai suatu hal. Terima kasih juga yang telah membaca tulisan ini, saya mohon maaf bila ada kesalahan. Kalo misal temen temen suka dengan tulisanku ini dan ingin mendapatkan notifikasi ketika aku upload bisa kilik langganan diatas.
Komentar
Posting Komentar